Kamis, 14 April 2011

Strategi Pembelajaran

A. HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Strategi pembelajaran yang dipergunakan oleh guru selayaknya didasari atas pertimbangan terhadap situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya. Adapun pemilihan strategi pembelajaran hendaknya bertolak dar ketiga hal berikut : a). rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, b). analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan c). jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.
Menurut Kozma dalam Gafur (1989) : secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Gerlach dan Ely (1980) : menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan mated pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup dan urutan .kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Dari pendapat tersebut, disimpulkan bahwa Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran dan dan perumusan tujuan, dan kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan pengunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab guru di kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama tentunya guru perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai.
Komponen strategi pembelajaran ialah:
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan, dimana kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting.
2. Penyampaian informasi, seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup dan jenis materi.
3. Partisipasi Peserta Didik. Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108).
4. Tes. Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
5. Kegiatan Lanjutan. Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata: a. hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, b. Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.
B. PENGERTIAN STRATEGI EKSPOSITORI
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Dengan kata lain, siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan strategi ekspositori, guru yang mencari dan mengolah bahan pembelajaran, kemudian menyampaikannya pada siswa. Siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu.
Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif apabila:
1. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa.
2. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran, sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali jika diperlukan.
3. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru,misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus.
4. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
5. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur, biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
6. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
7. Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.
8. Jika ligkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
9. Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Ada beberapa langkah dalam pelaksanaan strategi ekspositori ialah:
a. Persiapan, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Adapun tujuan dari persiapan ini sangat penting, yaitu untuk membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
b. Penyajian, yaitu:
1) Penggunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
2) Intonasi suara, pengaturan nada suara akan akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol,sehingga tidak akan mudah bosan.
3) Menjaga kontak mata dengan siswa,melalui kontak mata yang selamanya terjaga,siswa bukan merasa dihargai oleh guru,akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses pembelajaran.
c. Korelasi. Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya.
d. Menimpulkan. Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan.
e. Mengaplikasikan. Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru
Kelebihan dari strategi ekspositori adalah sebagai berikut:
1. Dengan strategi ekspositori, guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
2. Dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa sangat luas, sementara waktu yang disediakan cukup terbatas.
3. Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan, siswa juga bisa melihat atau mengobservasi.
4. Bisa digunakan untuk jumlah dan ukuran kelas yang besar.
Sedangkan kelemahan dari strategi ekspositori ialah:
1. Hanya mingkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiiki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
2. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar.
3. Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam sosialisasi, serta kemampuan berpikir kritis.
4. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru, baik persiapan, pengetahuan, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan yang lain.
5. Karena lebih banyak satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.
C. PENGERTIAN STRATEGI INQUIRY
Perilaku mengajar dengan strategi inquiry juga disebut sebagai model inquiry. Model pengajaran inquiry merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Metode inquiry salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam penyampaian bahan pelajarannya tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya, dalam metode inquiry peserta didik sendiri diberi peluang untuk mencari, meneliti dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah.Tujuan utama model inquiry adalah agar hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Tekanan utama pembelajaran dengan strategi inquiry adalah:
1. Pengembangan kemampuan berpikir individual lewat penelitian.
2. Peningkatan kemampuan mempraktekkan metode dan teknik penelitian.
3. Latihan keterampilan intelektual khusus, yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu.
4. Latihan menemukan sesuatu, seperti “belajar bagaimana belajar” sesuatu.
Peranan guru yang penting ialah menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, fasilitator dalam penelitian, dan rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah.
Peranan siswa yang penting ialah mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan, dan penemu pemecahan masalah.
Evaluasi hasil belajar pada model inquiry meliputi:
1. Keterampilan dan perumusan masalah.
2. Keterampilan pengumpulan data atau informasi.
3. Keterampilan meneliti tentang objek, seperti benda, sifat benda, kondisi, atau peristiwa dan pelaku.
4. Keterampilan menarik kesimpulan.
5. Laporan.
Pada strategi inquiry, kelebihan jika menerapkannya ialah:
1. Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran
2. Memberikan fasilitas interaksi antar siswa, maupun interaksi antara siswa dengan guru, sehingga siswa juga terlatih menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Materi yang disajikan akan tersimpan lebih lama, karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Kelemahan strategi inquiry adalah sebagai berikut:
1. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
2. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
D. PENGERTIAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.
Di dalam contextual teaching and learning, terdapat beberapa prinsip, yaitu:
1. Saling ketergantungan. (intedependensi). Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (meaking meaningfull conecctions) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang penting bagi kehidupan di masa datang.
2. Perbedaan (diferensiasi). Prinsip diferensiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan dan keunikan, terciptannya kemandirian dalam belajar (self regulated Learning) yang dapat mengkontruksi minat peserta didik untuk belajat mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan yang nyata ,dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna (meaningfullness).
3. Pengaturan diri. Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan dan disadari oleh peserta didik sendiri dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya peserta didik secara sadar harus menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku diri sendiri.
4. Penilaian Autentik (authentic assasement). Pengunaan penilaian autentik adalah menantang peserta didik agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dan keterampilannya ke dalam situasi konstektual secara signifikan.
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna untuk hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.
Kelebihan dalam contextual teaching and learning (CTL) ini adalah:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Sedangkan kelemahannya antara lain ialah sebagai berikut:
1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa, padahal dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaian siswa tadi tidak sama.
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajar mengajar.
3. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
5. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar